Kota Yogyakarta
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Yogyakarta Kota Pelajar, Kota Budaya, Kota Gudeg Bahasa jawa (Aksara jawa) : ꦏꦸꦛꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠꦠ Translit: Kutha Ngayogyakarta | ||
---|---|---|
Ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia | ||
| ||
Motto: Mangayu Hayuning Bawana Bahasa jawa (Aksara Jawa) : ꦩꦔꦪꦸꦲꦪꦸꦤꦶꦁꦧꦮꦤ Indonesia: Cita-Cita Untuk Menyempurnakan Masyarakat Slogan: Berhati Nyaman ("Bersih, Sehat, Indah, dan Nyaman") | ||
Koordinat: 7°48′5″S 110°21′52″E | ||
Negara | Indonesia | |
Provinsi | Daerah Istimewa Yogyakarta | |
Tanggal peresmian | 7 Oktober 1756 (umur 264) | |
Pemerintahan | ||
• Wali Kota | Haryadi Suyuti | |
• Wakil Wali Kota | Heroe Poerwadi | |
Luas | ||
• Total | 32,5 km2 (12,5 sq mi) | |
Populasi | ||
• Total | 427.498 jiwa | |
• Kepadatan | 13.007,13/km2 (33,688,3/sq mi) | |
Demografi | ||
• Agama | Islam 82,32% Kristen 17,20% — Katolik 10,66% — Protestan 6,54% Buddha 0,34% Hindu 0,13% Konghucu 0,01%[2] | |
Zona waktu | WIB (UTC+07:00) | |
Kode telepon | +62 274 | |
Plat kendaraan | AB | |
Kode Kemendagri | 34.71 | |
Kode SNI | YYK | |
Jumlah kecamatan | 14 | |
DAU | Rp 691.457.574.000,00- (2019)[3] | |
IPM | 86,61 (2020) ( Tinggi )[4] | |
Flora resmi | Kelapa gading | |
Fauna resmi | Burung tekukur | |
Situs web | www Sumber diambil dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Yogyakarta |
Kota Yogyakarta (bahasa Jawa: ꦏꦸꦛꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ, translit. Kutha Ngayogyakarta, pengucapan bahasa Jawa: [kuʈɔ ŋajogjɔˈkart̪ɔ]) adalah ibu kota dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kota Yogyakarta adalah kediaman bagi Sultan Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan kota terbesar keempat di wilayah Pulau Jawa bagian selatan menurut jumlah penduduk. Kota Yogyakarta juga pernah menjadi ibu kota RI lhoo pada tahun 1946.
Salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi pusat Kesultanan Mataram antara kurun tahun 1575–1640. Keraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah Keraton Ngayogyakarta dan Puro Paku Alaman, yang merupakan pecahan dari Kesultanan Mataram. Pada masa revolusi, Yogyakarta juga pernah menjadi ibu kota Indonesia antara tahun 1946 hingga 1950.
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Nama Yogyakarta terambil dari dua kata, yaitu Ayogya atau Ayodhya yang berarti "kedamaian" (atau tanpa perang, a "tidak", yogya merujuk pada yodya atau yudha, yang berarti "perang"), dan Karta yang berarti "baik". Ayodhya merupakan kota yang bersejarah di India di mana wiracarita Ramayana terjadi. Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut babad (misalnya Babad Giyanti) dan leluri (riwayat oral) telah berupa sebuah dalem yang bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan ulang oleh Sunan Pakubuwana II sebagai Dalem Ayogya.[5]
Pusaka dan Identitas Daerah[sunting | sunting sumber]
- Tombak Kyai Wijoyo Mukti
Merupakan Pusaka Pemberian Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tombak ini dibuat pada tahun 1921 semasa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Senjata yang sering dipergunakan para prajurit ini mempunyai panjang 3 meter. Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan dhapur kudhuping gambir ini, landeannya sepanjang 2,5 meter terbuat dari kayu walikun, yakni jenis kayu yang sudah lazim digunakan untuk gagang tombak dan sudah teruji kekerasan dan keliatannya.
Sebelumnya tombak ini disimpan di bangsal Pracimosono dan sebelum diserahkan terlebih dahulu dijamasi oleh KRT. Hastono Negoro, di dalem Yudonegaran. Pemberian nama Wijoyo Mukti baru dilakukan bebarapa hari menjelang upacara penyerahan ke Pemkot Yogyakarta, pada peringatan hari ulang tahun ke-53 Pemerintah kota Yogyakarta tanggal 7 Juni 2000. Upacara penyerahan dilakukan di halaman Balaikota dan pusaka ini dikawal khusus oleh prajurit Kraton ”Bregodo Prajurit Mantrijero”.
Tombak Kyai Wijoyo Mukti melambangkan kondisi Wijoyo Wijayanti. Artinya, kemenangan sejati pada masa depan, di mana seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan kesenangan lahir bathin karena tercapainya tingkat kesejahteraan yang benar-benar merata.
Geografi[sunting | sunting sumber]
Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung – Semarang – Surabaya – Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl.
Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.
Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]
Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Untuk menjaga keberlangsungan pengembangan kawasan ini, dibentuklah sekretariat bersama Kartamantul (Yogyakarta, Sleman, dan Bantul) yang mengurusi semua hal yang berkaitan dengan kawasan aglomerasi Yogyakarta dan daerah-daerah penyangga (Depok, Mlati, Gamping, Kasihan, Sewon, dan Banguntapan).
Adapun batas-batas administratif Yogyakarta adalah:
Utara | Kabupaten Sleman |
Timur | Kabupaten Sleman |
Selatan | Kabupaten Bantul |
Barat | Kabupaten Sleman |
Comments
Post a Comment